Sampai Kapan Indonesia Kalah Makmur Dari Malaysia?

Bookmark and Share

Sampai Kapan Indonesia Kalah Makmur Dari Malaysia? - Hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei asal Inggris, Legatum menyebutkan bahwa tingkat kemakmuran Indonesia naik 7 level dibandingkan tahun lalu. Kini, Indonesia di posisi 63.

Menurut laporan lembaga survei asal Inggris tersebut, di Asia Pasifik Indonesia berhasil mengalahkan India yang berada di posisi 101. Sementara dibandingkan negara-negara lain di dunia, Indonesia dianggap lebih makmur dibandingkan Rusia, Turki, Mesir, dan Venezuela.

Sayangnya, Indonesia masih kalah dengan Malaysia yang berada di posisi 45, Vietnam yang berada di posisi 53, Thailand di posisi 56, dan Singapura di nomor 19.

Riset tersebut mengukur kemakmuran suatu negara melalui delapan indikator. Di antaranya adalah ekonomi, kesempatan berwirausaha, kepemerintahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan, kebebasan individu, dan modal sosial.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa tidak masalah jika disebut Indonesia kalah makmur dibanding Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. Dia justru optimis, dengan kondisi ekonomi nasional saat ini, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan tersebut.

"Tidak apa, penduduk kita jauh lebih banyak. Kita akan kejar. Mereka start lebih dulu tapi akselerasi kita kuat," tegas Hatta saat melakukan kunjungan kerja ke Malang, Jawa Timur, Rabu (31/10).

Hatta mengaku tidak meragukan keyakinannya tersebut. "Saya yakin itu," singkatnya.

Dia optimis Indonesia masih lebih baik dari Malaysia. Indikatornya diperlihatkan dari jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia yang semakin besar.

"Kelas menengah kita meningkat sangat tajam. Sekarang kelas menengah kita 50 juta. Dua kali lipat dari Malaysia dan akan terus meningkat pada 2030 menjadi 135 juta," katanya.

Hatta menyebutkan, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia saat ini sudah di atas USD 6.000. "Dan rata-rata di 2025 sudah USD 16.000 pendapatan per kapita kita," jelasnya.

Tapi, Hatta juga mengingatkan ada tantangan besar yang akan dihadapi seiring dengan semakin tingginya daya beli masyarakat Indonesia. Yakni, ruang untuk produk impor menguasai pasar dalam negeri semakin besar.

Hatta menginginkan agar konsumsi dalam negeri bisa dipenuhi dari produk lokal. "Yang penting jangan sampai konsumen dengan daya beli yang kuat diisi barang impor. Kita harus mandiri. Harus lahir pengusaha-pengusaha dari Indonesia sendiri. Memproduksi kebutuhan kita jangan dimanfaatkan dunia impor," tandasnya.

Gue aminin aja kata Hatta Rajasa, semoga terkabul seperti harapan gue, tapi terus terang gue agak pesimis jika keadaan seperti sekarang ini dan tidak berubah setelah 2014 nanti, wong antar lembaga negara saling serang, orang-2nya pada berkelahi doyan banget SARA kaga bersatu, korupnya Markonah Ajubilah, hukumnya pagar makan tanaman, mau ngejar malaysia pake apa?, pake gerobak isi TKW?

Malaysia udah kerja serta lembaga resetnya bukan main, road map pembangunan juga jelas tanpa diganggu isu-2 seperti diatas.


bisa aja, Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di Malaysia .. istilahnya bikin

[ sumber ]

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar