Letkol Untung (kanan)
Kalangan Tjakrabriawa yang bertugas menjaga keselamatan Presiden Sukarno semakin curiga. Apalagi, isu Dewan Jenderal sudah beredar di kalangan prajurit Tjakra yang dikabarkan akan melakukan kudeta pada 5 Oktober '65. Untuk itukah maka pasukan penembak mahir dengan perlengkapan tempur didatangkan?
Pukul 01. tanggal 1 Oktober '65, sepasukan Tjakrabirawa di mana ada Buntoro berkumpul. Pukul 02.00 mereka begerak sesuai instruksi "untuk mengambil para anggota Dewan Jenderal guna dimintai keterangan serta tanggungjawab dengan menghadapkan mereka pada Bung Karno. Yang salah diadili, yang tidak salah dilepas kembali."
Dengan instruksi itu, Buntoro memahami, berarti para jenderal harus "diambil" dalam keadaan hidup. Di bawah pimpinan Serma (Sersan Mayor) Satar dengan anggota satu peleton dari Yon I Tjakra di mana ada Buntoro, mereka berangkat untuk "mengambil " Mayjen TNI/AD S. Parman dalam keadaan hidup. Dengan mudah, tugas itu dilaksanakan. Pukul 04.00 mereka sudah membawa S. Parman ke Lubang Buaya dan sesuai perintah menyerahkannya kepada Untung lewat Satar.
Buntoro bersama teman-temannya kemudian beristirahat, merasa tugas sudah selesai. Ketika itu dia melihat di Lubang Buaya hanya ada tentara, ya Tjakrabirawa itu. "Dan ada pasukan lain, saya tidak tahu itu siapa mereka, mungkin dari Kodam Jaya," katanya. "Yang jelas, di situ tidak ada orang sipil satu pun, karena memang orang sipil dilarang masuk dan memang tidak ada. Itu kawasan militer," sambungnya.
Jelas, tak ada Pemuda Rakyat, tak ada Gerwani, apalagi Pesta Harum Bunga di tempat itu. Karena lelah, Buntoro dan teman-temannya tertidur. Dan terkejut karena mendengar rentetan tembakan. Siapa yang menembak dan siapa yang ditembak? Buntoro dan kawan-kawannya bingung. Prajurit Tjakra? Bukankah mereka tertidur bersamanya? Dan bukankah para jenderal harus ditangkap dalam keadaan hidup? Mereka kemudian mendengar bahwa yang ditembaki adalah para jenderal. Semua mati dan dimasukkan ke dalam sumur.
"Kami merasa dikhianati Kami harus menangkap jenderal dalam keadaan hidup, untuk dihadapkan pada Bung Karno. Perintah itu sudah kami laksanakan. Tetapi di Lubang Buaya mereka dibunuh.".
Buntoro dengan teman-temannya sesama anggota Tjakra berusaha mencari pimpinannya, Satar, dan bersama Satar mencoba mencari Untung. Tapi yang dicari sudah tak ada...
(Wawancara Buntoro dengan Wartawan Tempo Haryo Sasongko, 11 Juni 2001)
[ sumber ]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar