Leak, mahluk jejadian berujud kepala berikut isi jeroan yang melayang mencari korban sangat populer di Bali. Banyak laporan yang jadi saksi mata soal penampakan Leak ini. Tak heran, setiap bulan mati (malam tanpa bulan) selalu ada ritual khusus di pura-pura guna melindungi umat dari gangguan Leak.
Leak dipercaya sebagai jelmaan orang yang menguasai ilmu 'hitam'. Leak juga dipercaya dapat membunuh manusia secara singkat, atau secara perlahan dengan penderitaan yang berkepanjangan.
Dari mana asal-muasal Leak? Konon, Leak memiliki kisah panjang sejak jaman kerajaan di Indonesia. Dikisahkan pada masa pemerintahan Airlangga (1006 - 1042 M) di Jawa Timur, hidup seorang janda sakti mandraguna bernama Dayu Datu dari Desa Girah. Desa ini terletak di wilayah pesisir Kerajaan Kediri. Dayu Datu inilah yang kemudian dikenal sebagai Calonarang.
Calonarang menuliskan semua ilmu sihirnya kedalam sebuah "Kitab" - yang oleh pengikutnya disebut Kitab Calonarang. Namun kemudian, Mpu Bharadah berhasil mengalahkan Calonarang dan mengamankan kitab tersebut agar ilmunya tidak tersebar luas.
Semestinya masalah selesai di sini bila saja murid-murid Calonarang ikut dibunuh. Sayang, mereka berhasil melarikan diri ke Bali. Ilmu yang pernah mereka pelajari dari sang guru akhirnya dilestarikan hingga kini kita menyebutnya sebagai Leak.
Yang menarik adalah pada masa itu, agama yang populer adalah agama Budha aliran Tantrayana. Tantrayana mengajarkan cara pintas menuju Moksa. Upacara yang dilakukan antara lain menari-nari di atas kuburan dengan iringan musik (instrumen kangsi dan kemanak) sambil minum darah dan makan daging mayat yang dilakukan pada malam hari bertelanjang badan.
Ajaran ini kemudian juga dianut oleh raja Kertanegara (1268-1292 M) dari Singasari. Dengan cara demikian terjadilah pertemuan jiwa antara pelaku upacara dengan dewanya (lihat juga naskah Tantu Panggelaran disertasi dari Th. Pigeud 1924). Meskipun Ajaran Tantra dimasudkan untuk kebaikan bukan kejahatan, tapi diyakini Calon Arang juga melakukan ritual yang serupa yang dia lakukan untuk menyembah/memohon pada Btari Durga, yang notabene adalah salah satu dewi agama hindu. Sinkritisme?
Leak: Ilmu Aliran Kiri
Dalam semua kepercayaan, kata "kiri" selalu berkonotasi buruk, atau melawan mainstream. Demikian juga pada masyarakat Bali, kata "kiri" juga termasuk menggolongkan ilmu-ilmu atau ajaran yang bertentangan dengan norma dan agama. Dalam hal ini, Leak atau ilmu Pengeleakan digolongkan ke dalam "Aji Wegig". Aji berarti ilmu, dan wegig yakni sifat yang suka mengganggu orang lain. Karena sifatnya negatif, maka ilmu ini disebut "Ngiwa" ( Ngiwa asal katanya kiwa (Bahasa Bali) artinya kiri. Ngiwa berarti melakukan perbuatan kiwa alias kiri).
Ilmu leak ini bisa dipelajari pada lontar – lontar yang memuat serangkaian Ilmu Hitam. Lontar –lontar atau buku – buku jaman kuno yang terbuat dari daun pohon lontar yang dibuat sedemikian rupa dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 3 cm, diatas lontar diisi tulisan aksara Bali dengan bahasa yang sangat sakral.
Murid2 Calonarang yang melarikan diri ke bali menuliskan Ilmu Pengleakan pada kitab lontar dan membuatnya dalam empat kitab yaitu :
1. Lontar Cambra Berag,
2. Lontar Sampian Emas,
3. Lontar Tanting Emas,
4. Lontar Jung Biru.
Ilmu leak itu sendiri terdiri dari beberapa tingkatan:
1. Ilmu Leak Tingkat Bawah.
Orang yang bisa ngeleak di tingkat ini bisa merubah wujudnya menjadi binatang seperti monyet, anjing, ayam putih, kambing, babi betina (bangkung) dan lain – lain.
2. Ilmu Leak Tingkat Menengah
Orang yang bisa ngeleak pada tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Burung Garuda bisa terbang tinggi, paruh dan cakarnya berbisa, matanya bisa keluar api, juga bisa berubah wujud menjadi Jaka Tungul atau pohon enau tanpa daun yang batangnya bisa mengeluarkan api dan bau busuk yang beracun.
3. Ilmu Leak Tingkat Tinggi
Orang yang bisa ngeleak tingkat ini sudah bisa merubah wujudnya menjadi Bade yaitu berupa menara pengusungan jenasah bertingkat dua puluh satu atau tumpang selikur dalam bahasa Bali dan seluruh tubuh menara tersebut berisi api yang menjalar – jalar sehingga apa saja yang kena sasarannya bisa hangus menjadi abu.
Masih untung, ilmu-ilmu tadi hanya sebagian dari apa yang diingat oleh murid-murid Calonarang dulu. Sementara kabarnya, isi kitab Calonarang itu sendiri jauh lebih mengerikan. Jadi bisa dibayangkan bila kitab itu ditemukan...
[ sumber ]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar