Wawancara Dengan Mucikari Ayam Kampus - Jakarta, Panggil saja dia Doni, sang mucikari yang memelihara 10 ayam kampus.
Penampilannya malam itu cukup mencolok. Sepatu pantofel merah dipadu jeans gelap dan kemeja abu-abu. Gerak tubuhnya gemulai. Sebelas dua belas dengan gaya bicaranya yang "ngondek".
Tempo menemui lelaki berambut pendek ini di sebuah kafe, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Di restoran penuh ornamen klasik itu, Doni blak-blakan soal dunia ayam kampus. Berikut petikan wawancaranya:
Siapa pelanggan setia ayam kampus peliharaan Anda?
Seorang jenderal. Aku memanggilnya "ayah". Dia masih aktif menjabat. Aku biasa menemaninya "nyabu" di sebuah hotel dengan membawa tiga culay (ayam kampus). Ayah jarang nge-seks dengan culay, lebih suka ditemani saja. Dia tidak memaksa harus berapa banyak si ayam pakai sabu. Sekuatnya. Ayah mengatakan jika ada aparat yang melakukan razia, jangan dipercaya. Aku diajari, kalau ada razia, harus tanya ada surat izin razia atau tidak.
Siapa lagi pelanggan Anda?
Menteri, salah satunya AM. Untuk menteri satu ini aku memakai ayam cabutan, alias peliharaan mucikari lain. Aku membandrol ayam itu Rp 7 juta. Aku dapat Rp 500 ribu dari AM dan Rp 1 juta dari si ayam. Aku ketemu AM pertama kali di sebuah klub malam. Pelanggan aku juga ada pengusaha yang merupakan mantan suami artis ternama. Ya, kalau di rata-rata ada 10 pelanggan selama seminggu.
Ada tidak ekspatriat yang menggunakan jasa ayam peliharaan Anda?
Jelas ada. Ayam kampus itu pintar bahasa Inggrisnya. Tamu asing pelangganku berasal dari Jepang dan Korea. Harga aku bandrol Rp 4 juta sebagai harga termurah. Nah, ayam kampus senang sekali dengan pelanggan dari dua negara ini. Karena paling lama mainnya cuma 5 menit, jadi tidak cape. Kata anak-anak "barangnya" juga kecil (tertawa).
Pelanggan Anda banyak juga. Berapa persen Anda mengambil bagian dari ayam Anda?
Tidak ada hitungan persen. Kalau bandrol culaynya Rp 3 juta atau Rp 4 juta, maka aku tetap potong Rp 500 ribu, jadi mereka akan terima Rp 2,5 juta. Itu sudah bagian mereka semua, bersih. Aku tidak pernah mau mengambil lebih besar. Kecuali ayam cabutan seperti AM tadi. Tetapi biasanya aku dapat lagi dari tamu yang menyewa mereka dan itu adalah hak aku. Jumlahnya tidak tentu.
Bagaimana Anda memasarkan ayam kampus peliharaan Anda?
Mudah. Bisa transaksi langsung, lewat telepon atau bbm. Di telpon genggam aku ini tersimpan foto-foto culay. Aku menyebarkan foto mereka ke calon pelanggan. Jika sudah "deal" langsung berangkat. Namun ketika bertemu tidak sesuai harapan, para tamu tetap harus membayar uang cancel. Uang cancel berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta.
Memang berapa banyak jumlah ayam yang Anda pelihara dan spesifikasi harganya seperti apa?
Ada sepuluh. Untuk ayam kampus yang tinggi, cantik, dan servisnya memuaskan, aku menyebutnya kategori "model". Mereka dibandrol Rp 3-4 juta. Di bawah itu ya standar, bisa Rp 1,5-2 juta. Grade mereka bisa meningkat tergantung dari laporan tamu setelah "main". Yang kepribadian dan permainannya bagus tentu aku gunakan terus dan diperkenalkan ke tamu-tamu berstandar tinggi. Itu membuat harganya kian meningkat.
Bagaimana proses seleksi ayam yang akan Anda pelihara?
Aku melakukan seleksi sendiri. Aku melihat kepribadian dan fisiknya. Untuk pengecekan dalam (daerah kewanitaan), aku membawanya ke dokter langganan di kawasan Duren Tiga, Jakarta. Dokter di sana sudah memahami urusanku setiap kali aku membawa perempuan.
Apa ayam kampus Anda menerima hitungan jam?
Itu ada pembagiannya. Kalau "short time" hitungannya per jam. Itu bisa Rp 1-2 juta. Sedangkan "long time" hitungannya berhari-hari atau dibawa ke luar kota. Dalam manajemen aku, kalau tamu ambil "long time" begitu, aku tidak menghitung berapa kali "main" dalam beberapa hari. Karena tidak mungkin tahu. Sebab itu aku memakai argo borongan, alias terserah mau "crot" berapa kali. Biasanya Rp 10 juta untuk dua hari, dan itu hanya buat si ayam. Belum termasuk tip untuk aku.
Apakah pernah ayam peliharaan Anda hamil oleh pelanggan?
Pernah. Dia sekarang sudah keluar. Kejadiannya baru 3 bulan lalu. Dia sadar ketika sudah telat dua minggu. Tamu yang mengencaninya mengaku kebobolan. Ia bersedia membiayai proses aborsi. Aku meminta biaya sebesar Rp 3 juta. Nominal segitu sebenarnya belum sama biaya kuret. Ditotal bisa Rp 5 jutaan. Aku nombok sendiri, karena aku mewajibkan ayam yang aborsi untuk kuret. Sebab kalau tidak bersih bisa menimbulkan kista, kasihan ayamnya. Aku memahami hal tersebut karena aku sendiri yang mengantarkan ke klinik. Klinik langgananku di Raden Saleh, Jakarta Pusat.
Dunia esek-esek amat rentan dengan penularan penyakit kelamin. Apakah ada ayam Anda yang didapati berpenyakit?
Aku pernah mendapati vagina dua ayam aku terinfeksi bakteri semacam jamur, tetapi bisa disembuhkan. Selama sebulan dia menjalani perawatan, dan aku tidak biarkan berhubungan intim dengan siapapun, termasuk tamu. Tiap dua minggu sekali aku melakukan pengecekan untuk mengetahui perkembangannya. Sampai akhirnya sebulan lewat 3 hari mereka dinyatakan sembuh dan diterapi secara berkala. Biayanya Rp 700 ribu.
Pernah memelihara ayam yang memiliki kelainan seks?
Aku pernah mencabut satu cewek dari kota dengan tarif Rp 300 ribu. Selanjutnya aku jual dia dengan harga Rp 3,5 juta. Ternyata cewek ini suka main kasar di ranjang. Tamuku mengeluh ia disiksa oleh si cewek ini. Ia dipukulin. Besoknya aku temui tamu itu, wajahnya penuh cakaran. Sekarang, aku tidak mau sembarangan nyabut ayam.
Permintaan pelanggan yang paling aneh seperti apa?
Aku pernah mendapat tamu yang pshyco. Jadi agar puas, ia harus memukuli perempuannya dulu sampai kesakitan sebelum hubungan intim. Aku menolaknya, meski imbalannya belasan juta. Aku biasanya mengancam tamu jika mereka berniat macam-macam. Aku mengancam akan merusak nama baiknya, karena aku juga punya foto tamu, jadi mudah membeberkannya.
Sejauh apa "profesionalisme" ayam Anda?
Mereka akan bela-belain nggak kuliah untuk melayani tamu. Aku salut dengan mereka. Mereka titip absen ke teman kemudian mereka berangkat bekerja. Dari kampus, mereka biasanya menghampiri aku dulu untuk brifing pengenalan tamu. Aku mewajibkan mereka agar handphone diletakkan dalam kantong atau dalam tas. Mereka boleh mengeluarkan handphone ketika tamu meminta pin bb atau nomer telepon.
Ayam kampus itu kan bermodalkan keindahan fisik dan wajah. Apa saja perawatan yang dilakukan mereka?
Perawatan luar seperti lulur itu masing-masing. Tetapi aku meminta mereka merawat daerah kewanitaannya yaitu ratus. Aku meminta mereka melakukan ratus minimal dua minggu sekali.
Sebenarnya, kenapa Anda menjadi mucikari?
Aku terdesak melunasi uang sekolah adik yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Jumlah tagihan SPP-nya saat itu mencapai Rp 700 ribu. Mama aku kalang kabut, dan meminta aku melunasi tagihan tersebut. Aku memang dekat dengan dunia malam. Saat itu aku pergi ke tempat hiburan malam di kawasan Kuningan. Aku mendapat pinjaman uang dari seorang mami. Sejak itu aku memilih jalan sebagai mucikari.
Sebagai mucikari, berapa pendapatan Anda selama satu bulan?
Yang sudah pasti bersih dalam satu bulan itu sekitar Rp 5 juta, terkadang lebih. Uang itu selalu kuberikan kepada mama. Aku berprinsip tidak mau memotong persenan terlalu banyak dari ayam aku. Pendapatan ini jauh dari peliharaanku sendiri yang bisa mencapai Rp 60 juta per bulannya.
Jauh sekali perbedaan pendapatannya. Apa Anda tidak tertarik juga menjajakan diri?
Loh, aku ini juga menjajakan diri. Tetapi aku melayani lelaki.
Info Prediksi Skor Dan Jadwal Bola
[ sumber ]
Home » Dunia Malam » Wawancara Dengan Mucikari Ayam Kampus
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar