Pengakuan Seorang Istri : Suamiku Impoten 5 Tahun

Bookmark and Share
Pengakuan Seorang Istri : Suamiku Impoten 5 Tahun -http://www.lucgen.com/ Sebelumnya saya tekankan terlebih dahulu, bahwa tulisan saya ini berkaitan dengan kesetiaan dan ketabahan.

Hidup yang jujur, yang dilandasi oleh rasa saling percaya dan menghormati antara pria dan wanita dalam sebuah rumah tangga. Dan yang paling utama, adalah hidup berserah dan terus bertakwa kepada Sang Pencipta.

Saya ingin menceritakan tentang pengalaman saya, dan juga cobaan yang menimpa suami saya selama lima tahun terakhir. Karena selama lima tahun terakhir, suami saya impoten total.

Pengakuan Seorang Istri : Suamiku Impoten 5 Tahun
Ilustrasi

Segala puji hanya untuk Sang Pencipta, karena suami saya ini sudah sembuh total, dan sudah bisa menikmati hubungan suami istri secara normal. Bahkan lebih romantis dan harmonis ! Bahkan kalau boleh jujur, kami kini justru melakukan lebih sering dibanding suami saya sebelum impoten.

Kejadian ini bermula dari lima tahun yang lalu.

Saya setelah menikah adalah sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan suami saya yang memang lulusan sini, mendapatkan pekerjaan yang bagus, sehingga bisa dijadikan tumpuan kebutuhan rumah tangga. Dari awal pernikahan hingga mempunyai dua anak, semua berjalan lancar.

Hingga suatu saat, saya menemukan keganjalan yang luar biasa. Saat itu saya sedang masa – masa subur, dan seperti biasa, hormon – hormon kewanitaan ini meningkat, dan libidopun tinggi. Saya sudah biasa, jika masa – masa seperti ini datang, biasanya saya istimewakan.

Dandan yang menarik, dan menggunakan gaun seksi untuk menarik perhatian suami.( kalau diluar rumah, saya tidak pernah menggunakan pakaian – pakaian yang mengundang nafsu birahi ). Hal ini juga karena faktor agama dan norma yang saya dapatkan sejak dirumah orang tua saya.

Ternyata ketika saya ingin melakukan hubungan intim, suami saya tidak bisa ereksi sedikitpun. Bahkan hal ini kami coba tiga hari berturut – turut. Bahkan suami saya terlihat sangat stress.

Saya menduga – duga kasus ini. Apakah suami saya mempunya penyakit fisik yang mempengaruhi fungsi seksualnya, atau sedang mengalami stress akibat kecapean ditempat kerja ?

Kita mengambil tindakan sedini mungkin untuk berkonsultasi ke dokter. Ternyata tidak ditemukan kelainan ( penyakit ) yang mendukung impotensi yang melanda suami saya. Bahkan tidak ditemukan gejala tekanan psikis, yang memicu gangguan fungsi seks. Tetapi kok mendadak impoten total ?

Beberapa nasehat yang diberikan dokter, dan obat – obatan yang diresepkan tidak menghasilkan apa – apa. Setelah hal ini berbulan – bulan berlangsung, kami melibatkan pengobatan alternatif. Baik yang bertendensi agama maupun alam. Semua hasilnya nihil !

Akhirnya suatu malam suami saya mengaku. Sebelum impoten, suami saya menjalin cinta dengan wanita bule. Hal ini memang mengejutkan saya. Karena saya tidak mencurigai dia sedikitpun. Saya melihat dia sebagai figur suami yang setia dan penyayang, dan sebagai figur papa yang mencintai kedua anak kami.

Walau hati ini menangis karena pengkianatan, saya tetap memberikan kepada suami untuk menceritakan hal yang sebenarnya. Dia bilang menjalin cinta dengan wanita tersebut bukan dilandasi rasa cinta murni seperti cintanya kepada saya, hanya seks semata.

Karena setelah melahirkan dua anak, badan saya sudah semakin bongsor dan sudah tidak seindah dulu lagi. Jika melakukan hubungan seks, juga rasanya lain. Sudah tidak “serapat” dulu lagi, walau dikompensasikan dengan gaya dan tehnik yang beraneka ragam.

Hal ini memang saya pahami. Karena suami saya memang mengidolakan wanita yang ramping, dan memuja – muja keperawanan !

Itulah yang menyebabkan dia akhirnya terjebak dengan wanita bule. Apalagi dia masih single, dan seks cuma dilandasi oleh perasaan suka sama suka. Asalkan menggunakan kondom, semuanya lancar dan aman.

Selama menjalin cinta dengan cewek ini, suami saya sering mendapatkan halusinasi pendengaran, yang bunyinya begini :

“Apa yang kau miliki peliharalah dan sayangilah. “

Kalimat ini sering tiba – tiba terdengar. Terutama kalau sedang sendiri. Bahkan puncaknya mimpi buruk. Dia sering bermimpi naik perahu yang diombang – ambingkan ombak dan angin dilautan. Mimpi ini sering muncul.

Suatu saat dia mengadakan kencan dengan cewek simpanan tersebut, tetapi dia tidak bisa mengalami ereksi. Dia diejek, kemudian suami saya tersinggung. Dan hubungan tersebut akhirnya putus.

Apapun yang telah terjadi, ya sudah tidak bisa diputar ulang lagi. Saya mema’afkan suami. Bahkan suami saya menangis tersedu – sedu, bersimpuh dikaki saya !

Setelah empat tahun impoten suami saya semakin berkecil hati dan merasa tidak berarti. Dia mulai jadi pendiam. Dia juga ketakutan kalau saya minta cerai. Padahal cinta saya kepada suami dan anak – anak itu lebih tinggi, jika dibanding dengan seks. Dan hal inipun sering saya ceritakan.

Tanpa sepengetahuan saya, suami saya ternyata mencoba melakukan bunuh diri dengan minum obat tidur yang berlebihan dicampur alkohol. Akibatnya dia dirawat diruang ICU. Suami saya menceritakan pengalamannya saat tidak sadar ini seperti mimpi buruk !

Seringkali mendapatkan mimpi naik perahu yang diombang – ambingkan ombak dan angin dilautan ! Mendengar suara – suara yang gemuruh yang membuat ketakutan. Setelah kejadian ini suami saya lebih mendekatkan diri ke agama dan tidak mau mencoba bunuh diri lagi.

Dua bulan mendekati tahun ke lima impotensi, saya mendapatkan mimpi bertemu dengan ibu saya yang sudah meninggal. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan mimpi tersebut. Cuma ngobrol biasa. Tetapi ibu saya menganjurkan saya berdua berpuasa selama empat puluh hari.

Beliau menyuruh saya hanya makan tiga cangkir nasi putih setiap jam enam pagi dan sore, dan minum 12 cangkir air putih dalam sehari. Selain itu tidak boleh makan dan minum apa – apa. Di hari ke-40 dianjurkan berendam diair hangat pukul 24.00 ! Pesannya itu saja, tanpa menjelaskan kenapa saya dan suami harus melakukan itu.

Akhirnya pesan ini kami jalankan dengan perjuangan yang luar biasa. Memang terasa tidak gampang. Dengan banyak sembahyang dan puasa akhirnya saya dan suami mejadi orang yang berserah dan tenang.

Dan pada hari ke-40 malam, kami berendam diair hangat.

Apa yang terjadi ?

Ternyata sewaktu kami berdua mandi berendam, suami saya merasakan daerah sekita kemaluannya menjadi hangat dan seperti terkena setruman ! Hal ini berlangsung beberapa menit. Tiba – tiba suami saya menangis sambil berteriak, ” Pergi….. pergi….. pergi….. ! “

Kontan saja saya saya mau pergi, tetapi justru pergelangan saya dipegang erat – erat oleh tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menunjuk ke arah lain sambil teriak, ” Pergi…. pergi….! “

Beberapa detik kemudian, suami saya tenang kembali. Suami saya bercerita melihat seorang wanita bermuka buruk yang tiba – tiba keluar dari kemaluannya. Maka itu dia mengusirnya, karena pada mulanya wanita buruk rupa itu justru ikut duduk disamping saya.

Terus terang, saya bergidik juga mendengar cerita tersebut. Setelah mandi kita melakukan sembahyang dan tidur. Menjelang pagi, suami saya hendak pipis, dan dia keheranan. Ternyata dia bisa ereksi !

Saya menjadi penasaran.

Karena dua hari tersebut dia tugas keluar kota, jadi kita tidak mendapatkan kesempatan untuk membuktikan. Tetapi di telepon suami saya terdengar ceria dan bergairah, dan bilang kalau “anunya “hidup lagi !

Ketika dia pulang, saya mecoba memancingnya dengan gaun seksi kesayangannya, yang sering saya pakai sewaktu awal – awal pernikahan dulu. Karena saya sudah bisa mengenakannya kembali. Akibat puasa, badan saya menjadi ramping.

Ya, ampun ! Sebuah malam yang menyenangkan, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata – kata. Suamiku sembuh, dan kita bisa melakukan hubungan intim seperti dulu lagi. Sungguh Sang Pencipta Maha Adil dan Maha Pemurah !

Kini kita hidup harmonis dan bahagia, dan penuh penyerahan kepada Sang Maha Pencipta !

[ sumber ]

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar