Pak Soid, sang pekerja keras
Dear Mba Azza,
Di daerah Pamulang Tangerang ada seorang Kakek yg usianya sudah renta sekali kira2 umurnya sudah melebihi 70thn. Beliau tinggal bersama istrinya yg lumpuh & seorang anaknya yg juga lumpuh. Si kakek dngn usia yg sudah renta masih hrs bekerja krna beliau sudah tdk punya sanak family lg.Beliau bekerja sbg OB di Pelabuhan Tanjung Priok. Baygkan kakek setua itu berangkat subuh dr Pamulang ke Tj Priok & smpe rumah jam 9 malam. sebelum berangkat & plg kerja, si kakek hrs menyiapkan makan yg diletakkan di dekat anak & istrinya berbaring. Selain itu si kakek juga hrs membersihkan kotoran2 istri & anaknya tsb.
Oiya, si kakek bernama Pak Soid. Beberapa wktu lalu ada kejdian yg amat sngt memilukan. Pak Soid &keluarga; berniat utk meminum racun serangga krna sudah tdk kuat dgn penderitaan yg mereka alami. Untung ada tetangga yg mengetahui sehingga hal tersebut tdk terjdi.
Maksud saya mengirimkan email ini adlh saya ingin meminta bantuan Mba Azza, sebab saya tdk bisa melakukan bnyk hal utk si Kakek. Mohon bantuannya Mba.
Regards,
Fitri
Tanpa bnyk pikir saya langsung menyetujui utk membantu Fitri. Saya tdk ingin kejdian teman saya terulang lagi. Teman saya sempat cerita, seorang kenalannya hendak meminjam uang krna tak tahan lama sakit. Ia menyetujui namun belum sempat memberi krna sibuk. Tak berapa lama, ia mendengar kabar orang tersebut sudah meninggal bunuh diri. Rasa sakit itu tak tertahankan lagi rupanya
Singkat kata, saya tdk bisa meninggalkan rumah krna sebuah kejdian. Akhirnya baru hari ini, Selasa, 20 November saya bisa mengunjungi Pak Soid. Rumahnya di daerah Pamulang. Dri arah Ciputat mengarah ke RS Sari Asih, lalu akan melewati danau Sasak. Di dekat danau Sasak ada Indomaret. Tepat di sebelah Indomaret ada Gang Saidin, RT 2/RW3, Bambu Apus, Pamulang. Alamat lengkapnya tdk tahu. Namun patokannya sebuah Masjid besar di Gang Saidin. Begitu sampai di situ, tanya saja Kakek Soid yg keluarganya lumpuh, biasanya tetangga sudah tahu.
Jam 3 sore, ditemani hujan saya memasuki gang Saidin ditemani Mbak Tarni, tetangga Pak Soid yg dri awal sngt peduli dngn kondisinya. Saya mendapatkan nomor Mbak Tarni dri Fitri.
"Saya mulai khawatir saat gak prnh lihat istri Baba Soid lagi, Mbak. Biasanya kan emak keluar rumah tuh, tapi udah berapa minggu saya gak ketemu. Pas tanya Baba, ternyata udah lumpuh juga, sama kayak anaknya! Kasihan deh Baba. Sekarang dia yg hrs masak, mandiin, ngurusin, & segalanya. Padahal dia juga masih hrs kerja buat nafkahin anak istrinya," terang Mbak Tarni yg baik hati ini. Alhamdulillah, masih ada orang yg tulus peduli pada tetangganya.
Sampai di rumah Pak Soid, gelap. Lampu tdk mereka nyalakan di sore hari kelam itu. Mungkin biar ngirit. Di atas meja tamu ada kucing montok yg cukup terawat. Pak Soid mempersilahkan saya masuk. Pak Soid terlihat kurus, tua, namun matanya bercahaya. Penuh semangat. Saya langsung menghormatinya Di dinding rumahnya terpajang foto-foto presiden; Soekarno, Soeharto & Megawati. Celingukan saya cari foto presiden lainnya, gak ada. Ada sekitar 3 foto Soekarno di sana.
"Waktu kerja di Priok, sebelum adzan subuh saya udah hrs berangkat. Naik angkot 2 kali dri sini. Saya kerja di sana udah dri tahun 1977, punya bbrapa anak buah," ceritanya dngn logat Betawi yg kental. Pak Soid & istri memang asli Betawi. Untungnya, saat ini Pak Soid sdh mendpt pekerjaan baru sbg tukang sapu jalanan di daerah sekitar, jdi dia tak hrs berjuang berangkat seblm subuh & pulang malam hari lgi.
Foto anak Pak Soid yg lumpuh: Namin, 30 thn-an, hanya bisa menggerakkan kepala. Lainnya lumpuh.
"Si Namin waktu sekolah memang prnh jatoh, sampe jalannya agak aneh. Tapi dia gak mau cerita. Memang anaknya gitu. Bberapa lama baru ngaku dia prnh jatoh. Tapi dia lumpuh ini, sbenernya krna jatuh di tempat kerja. Ngegelundung dri tangga. gak mau ngaku juga sama saya! Setelah beberapa lama baru ngaku, kan jdi telat ngurutnya. Tapi yg paling bikin dia lumpuh adlh waktu bininya keguguran. Nah, abis itu udah dia gak bisa bergerak. Kaki sama tangan gak bisa gerak. Cuma bisa ngomong doang," cerita Pak Soid panjang lebar. Istri Namin meninggalkan dia.
Saya masuk ke ruangan dimana Ibu Soid tidur di atas ranjang, sementara anaknya Namin yg umur 30-an tidur di bawah. Bau pesing menyengat. Pak Soid bercerita kalau istrinya lumpuh krna Namin sering meminta digeret atau dipindahkan. Ibu Soid yg sudah tua, hampir 80-an tentunya tak kuat lagi. Lama kelamaan, bukan cuma bungkuk, akhirnya dia pun tak bisa berdiri akibat memaksakan diri mendorong atau mengangkut anaknya. Sekarang, kalau Pak Soid bekerja, dia merangkak semampunya utk melayani anaknya.
Foto Ibu Soid:
Saya jongkok di sebelah Ibu Soid, mengajaknya & Namin ngobrol. Bau pesing & kotoran tak tertahankan. Bukan ruangan yg layak utk manusia sehat. "Ini Namin, kerjanya teriak-teriak minta dipukul pakai bambu! Malem-malem juga jerit-jerit terus, tetangga sampai terganggu!" kata Ibu Soid.
Dri cerita Pak Soid, saya jdi tau klau Namin sering minta dipukul kaki & tangannya krna kalau kakinya lurus terus ia akan merasa kesakitan. Mungkin pegal ya? Saya tak mengerti. Jdi ya kerja Ibu Soid adlh memukuli kaki anaknya. Saat kakinya lurus & kejang, ia akan memukulnya supaya bisa bengkok, ditekuk. Saat ingin lurus lgi, ya hrs dipukul lgi krna terlalu sering dipukuli kaki & badan Namin jdi luka-luka & borokan.
Melihat Namin rasanya ingin menangis. Seonggok badan dngn tangan yg sngt kurus. Mungkin seperti tangan bayi. Badan & bajunya dekil. Dan yg jelas bau Mereka sungguh terlantar. Saya mengerti Pak Soid sudah sngt tua, & tentunya sulit baginya utk membersihkan anak & istrinya tiap hari. Namun tak terbayangkan oleh saya, bagaimana rasanya tidur, tergeletak dngn kotoran kita sendiri? krna kita lumpuh & tak berdaya pergi ke kamar mandi. Ya Allah... ampuni hamba...
Tak berapa lama saya menoleh ke sebelah kanan tempat saya jongkok. Ada bbrp kaleng. Satu kaleng berisi cairan. Dan sungguh saya menyesal melihatnya. Ternyata itu tempat menampung pipis sang ibu & anak!
Di ruangan yg sama juga adlh tempat mereka menyimpan makanan. Terlihat sepiring nasi & ikan yg sudah dihancurkan, tanpa lauk lain. Saya bertanya apakah Namin sudah prnh diobati. Menurutnya prnh sekali dngn dokter umum, namun katanya cuma darah rendah saja. Tak prnh ada diagnosa tentang penyakit lumpuhnya. Jadi, sampai sekarang tdk prnh ada pemeriksaan medis utk mengetahui kenapa Namin bisa lumpuh. Tdk prnh diperiksa & tdk tahu solusi apa yg diperlukan.
Saya bicara dngn Pak Soid, apa yg ia harapkan. Dngn perlahan saya melemparkan ide, apakah dia ingin beristirahat di rumah jompo asuhan negara. Dimana ia bisa beristirahat, berkumpul dgn sesama teman manula & tak perlu memikirkan hrs makan dri mana. Namun dia bilang, anaknya Namin masih ingin dia urus. Intinya, mereka ingin tetap bersama, dalam susah & senang. Dan krna dia msh mampu, dia ingin tahu, sejauh mana sih dia bisa mengurus keluarganya. "Ikutin aja, Neng, ini segimana jauhnya,". Dalam hati saya teringat rencananya minum obat serangga. Ya Tuhan, kuatkanlah dia dalam menjalani pelajaranmu ini... Semoga kehadiran saya & teman2 yg peduli bisa menambah semangat hidupnya, bisa menghangatkan hatinya, bisa menumbuhkan harapan utk masa tua yg lbh damai & nyaman.
Foto-foto lainnya
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar