"Allah Maha melihat," kata Agus saat ditemui di kantornya di kawasan Kalimalang di Plaza Duta Permai, Jakasampurna, Bekasi, Rabu (19/12/2012).
Agus, ayah 3 anak yang masih tinggal bersama mertua ini mengaku, orang tuanya selalu mengajarinya untuk tak menjadi pencuri. Kejujuran harus diutamakan. Orang tua Agus juga seorang pegawai rendahan di salah satu bank.
"Saya inget wejangan orang tua. Jangan mencuri, orang jujur tak akan ketuker. Kalau intan dikubur di sebuah tanah tetap akan menjadi intan," kata Agus saat ditemui di kantornya di di Bank Syariah Mandiri di Kantor Cabang Pembantu, Kalimalang di Plaza Duta Permai, Jakasampurna, Bekasi, Rabu (19/12/2012).
Tapi karena penghasilan pas-pasan dan ada 6 orang anak, Agus sebagai si sulung memilih tak kuliah dan bekerja.
"Saya pernah jadi tukang parkir, tukang jamu, tukang cuci piring. Yang penting halal," terang Agus sambil menitikkan air mata.
"Kisah yang saya kagumi Umar bin Khattab," terang Agus.
Agus mengaku pernah membaca kisah Umar bin Khattab kala menjadi khalifah. Sahabat nabi itu amat mengutamakan kesederhanaan dan kejujuran.
"Khalifah Umar bahkan hanya mempunyai dua helai pakaian," cerita Agus sambil menitikkan air mata.
Yang dia kagumi, bahkan Umar tak mau memakai fasilitas negara kala berbicara dengan anaknya. Agus menukilkan kisah Umar yang memadamkan lampu ketika berbincang dengan anaknya. Lampu dimatikan karena menggunakan uang negara, sedang berbicara dengan anak urusan pribadi.
"Saya berharap ada pemimpin seperti Umar," tutur Agus yang sudah bekerja 3 tahun dengan gaji sebulan Rp 2,2 juta ini.Agus menemukan uang itu pada bulan Ramadan, 4 Agustus lalu. Saat itu hari sudah sore, kantor sudah sepi. Kala itu, seperti biasa dia membereskan kantor sebelum pulang.
Sebenarnya bisa saja dia mengambil uang yang tergeletak begitu saja di tempat sampah. Di bank itu pun hanya tinggal dia dan satpam. Tak ada yang tahu soal uang yang sudah terbuang itu.
"Itu bukan rezeki saya Mas, itu hak kantor. Allah Maha Melihat, Maha Mengetahui. Itu hak Bank Syariah Mandiri. Yang menjadi rezeki saya, apa yang saya lihat, apa yang saya dengar apa yang saya hirup itu rezeki," jelas Agus yang bercerita sambil gemetar ini.
Satpam kemudian melaporkan kepada staf bank. Uang dihitung dan ada Rp 100 juta. Uang itu bukan milik nasabah, tetapi milik bank. Uang itu tercecer karena ketidakhati-hatian seorang teller.
Agus karena kejujurannya, diberi hadiah Rp 1,75 juta dan piagam. Agus bersyukur atas hadiah itu. "Saya mah sudah alhamdulillah, bisa bekerja saja di sini saya sudah bersyukur," terangnya.
Agus mengaku, hidupnya dia serahkan kepada yang Di Atas. Termasuk soal istrinya Elis yang mengajar mengaji di lingkungan rumahnya di Pondok Gede. Agus masih menumpang di rumah mertuanya.
"Saya juga minta istri agar tidak memungut biaya kepada anak-anak yang belajar mengaji," cerita Agus.
[ sumber ]
Agus karena kejujurannya, diberi hadiah Rp 1,75 juta dan piagam. Agus bersyukur atas hadiah itu. "Saya mah sudah alhamdulillah, bisa bekerja saja di sini saya sudah bersyukur," terangnya.
Agus mengaku, hidupnya dia serahkan kepada yang Di Atas. Termasuk soal istrinya Elis yang mengajar mengaji di lingkungan rumahnya di Pondok Gede. Agus masih menumpang di rumah mertuanya.
"Saya juga minta istri agar tidak memungut biaya kepada anak-anak yang belajar mengaji," cerita Agus.
[ sumber ]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar