Home » Jokowi - Ahok » Lima Orang Ini Remehkan Pencapresan Jokowi
Lima Orang Ini Remehkan Pencapresan Jokowi
Lima Orang Ini Remehkan Pencapresan Jokowi - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo kian santer disebut-sebut akan maju dalam Pilpres 2014. Hampir semua survei menempatkan mantan Wali Kota Solo tersebut dalam posisi teratas tingkat popularitas dan elektabilitas, bahkan mengungguli Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri .
Namun, selain dielu-elukan untuk maju dalam Pilpres 2014 mendatang, tak sedikit pula orang yang meremehkan atau tidak sepakat dengan pencapresan Jokowi . Seperti yang disampaikan oleh politikus Partai Demokrat Sutan Bhatoegana kemarin. Politikus nyentrik asal Medan, Sumatera Utara ini bahkan nyinyir, kalau popularitas Jokowi ta akan redup 8 bulan lagi.
"Saat ini tinggi (popularitas dan elektabilitas Jokowi ), 8 bulan ke depan enggak tahu," ujar Sutan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (11/7) kemarin.
Selain Bhatoegana, ada juga beberapa politikus yang nyinyir dengan pencapresan Jokowi . Siapa saja mereka? Berikut orang-orang-orang yang meremehkan pencapresan Jokowi , seperti yang berhasil dihimpun merdeka.com, Jumat (12/7):
1. Ramadhan Pohan
Wasekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan meminta agar Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo jangan terlena dengan elektabilitas yang dimiliki saat ini. Dia menyebut orang-orang menyukai Jokowi tanpa alasan yang jelas.
Ramadhan menambahkan, peluang Jokowi untuk ikut konvensi dirasa sulit. Sebab, Jokowi sudah diproyeksikan sebagai wakil presiden bagi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
"Saya dengar (Jokowi) jadi cawapres mbak Mega tapi belum diformalkan. Peserta konvensi kita tidak boleh ikut di capres partai lain," tegas dia.
Dia pun meminta agar Jokowi jangan terlalu terlena. Karena kemampuan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta belum teruji.
"Jokowi jangan geer (gede rasa) duluan. Orang suka sama dia juga sukanya tanpa alasan. Kemampuannya dalam mengelola program juga belum teruji," tandasnya.
2. Sutan Bhatoegana
Ketua DPP Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana yakin popularitas dan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) akan meredup delapan bulan lagi. Menurut Sutan, umur ketenaran Jokowi hanya menghitung bulan.
"Saat ini tinggi (popularitas dan elektabilitas Jokowi), 8 bulan ke depan enggak tahu," ujar Sutan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (11/7) kemarin.
Sutan juga menegaskan Jokowi tak akan diundang dalam acara konvensi capres Partai Demokrat. Sebab Jokowi berasal dari partai lain.
"Jokowi itu adalah kader partai lain, ini kita minta tokoh nasional yang enggak ganggu kader lain. Enggak akan diundang," tegas Sutan.
Karena itu, dia menegaskan bahwa kader partai lain tidak akan diundang dalam pagelaran konvensi capres Partai Demokrat. Kalaupun ada yang ikut, kata dia, hal itu dilakukan atas inisiatif kader tersebut sendiri, bukan diundang.
"Partai lain kita enggak akan undang, tapi terbuka kemungkinan mereka datang sendiri," tegas dia.
3. Prabowo Subianto
Survei demi survei calon presiden 2014 yang dilakukan berbagai lembaga, selalu menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di urutan teratas sebagai calon presiden alternatif yang diinginkan rakyat. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto rupanya mulai terusik dengan fakta itu.
Meski begitu dia menyatakan tidak takut berhadapan dengan Jokowi dan memastikan maju di Capres 2014 nanti.
"Survei bisa saja begitu. Tapi rakyat yang akan memutuskan. Saya akan tetap maju. Masa enggak maju kalau dukungan rakyat. Kita semua berdasarkan dukungan rakyat. (Komunikasi politik) masih jalan terus," tegas Prabowo saat menghadiri seminar nasional memperingati hari kebangkitan nasional di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (30/5).
Prabowo menjelaskan hubungan Partai Gerindra dengan parpol lainnya dinamis, termasuk dengan PDIP. Menurut dia, tak menutup kemungkinan nanti di Pemilu 2014 Partai Gerindra kembali berkoalisi dengan PDIP. Namun bisa juga sebaliknya, tidak berkoalisi.
4. Ratna Sarumpaet
Ketua Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) Ratna Sarumpaet mengancam partai politik yang berani mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menjadi Calon Presiden (Capres) 2014. Menurut dia, saat menang pilgub Jokowi didukung rakyat, bukan partai. Apalagi dia sebelum maju sudah memiliki komitmen akan membenahi Ibu Kota.
"Enggak ada partai yang boleh memaksa Pak Jokowi. Jokowi jadi gubernur bukan karena partai, tapi karena rakyat Jakarta. Oke, itu di ingetin, jangan coba-coba partai tekan dia," kata Ratna usai ketemu Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat (7/6) lalu.
Dia yakin Jokowi mampu memenuhi komitmen pada tugas yang diemban, yaitu menjadi Gubernur di DKI. Jadi, Ratna tidak mau Jokowi hanya dimanfaatkan oleh partai politik (parpol).
"Partai kita ini brengsek semua. Ok, itu statement gue. Enggak ada yah partai itu yang bener. Jadi saya yakin, Jokowi cukup cerdas bahwa dia di kelilingi partai gila, jangan lah terjebak," terangnya.
Ibu dari artis Atiqah Hasiholan itu memberikan nasehat kepada Jokowi bahwa dia dibutuhkan membangun jakarta, barangkali besok ada perubahan. Tetapi, secara pribadi ingin Jokowi sebagai ketua MKRI.
"Kalau saya pribadi ingin Jokowi sebagai ketua MKRI, mending yuk ikut gue, di pemerintahan transisi. Iya dong, psti bersihnya. Nah mau ikut partai, mau diapain," ujarnya sambil tertawa.
Tugas utama Jokowi saat ini adalah membenahi Jakarta. "Itu tugas dia sebagai gubernur," ucapnya.
5. Maruarar Sirait
Di banyak lembaga survei, nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) selalu nangkring dan bertengger di posisi atas calon presiden alternatif. Namun demikian, PDIP belum belum terfikir menentukan capres saat ini, apalagi resmi mengusung Jokowi.
"Dia memang sederhana, merakyat, bersih, tapi kerja di pemerintahan Jakarta ini yang harus jadi ajang pembuktian. Terlalu prematur untuk menentukan capres saat ini, atau dalam waktu dekat. Kita melihat perkembangannya saja," kata Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, Jakarta, Rabu (29/5) lalu.
Maruarar berpendapat, terlalu prematur jika PDIP mengusung Jokowi menjadi capres 2014 mendatang. Pasalnya, Jokowi yang berasal dari dusun ini baru saja terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"Kemenangan di Jakarta harus jadi pembuktian di daerah lain. Saat ini adalah fase pembuktian bagi Jokowi," lanjutnya.
Maruarar menegaskan kepopuleran Jokowi sebagai capres bisa hilang dan berbalik dalam sekejap.
"Momentum itu bisa berubah, pilpres masih setahun lebih. Jokowi harus mengerjakan PR dia tadi. Outputnya hanya dua, kekecewaan kalau gagal, kedua apresiasi kalau berhasil," tandasnya.
[ sumber ]
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar